Saturday 19 November 2011

Rainwater


Judul : Rainwater
Penulis : Sandra Brown
Tebal : 336 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
My rating : 4/5

Saya sudah menjadi penggemar Sandra Brown (SB) sejak SMP sebenarnya. Waktu zaman-zamannya saya seharusnya suka teenlit karena saya remaja, saya malah demen buku-buku Sandra Brown, Sydney Sheldon, dan Marga T. Jangan tanya kenapa selera saya aneh.

Kenapa saya suka SB? Karena dia itu pengarang yang konstan menghasilkan karya yang bagus. Ide-ide ceritanya bervariasi padahal dia sudah mengarang sekitar 70 buku dan saya mungkin sudah baca sekitar 60 karyanya. Sinting? Boleh dibilang begitu. Dulu tiap bulan saya ngumpulin uang jajan buat bisa beli novelnya. Koleksi gitu. 

Sampai tiap kali Mama saya tanya : "Mau kado apa buat ulang tahun?" 
Saya : "Beliin novel Sandra Brown saja yang belum punya." 
Mama : "Beli baju baru saja. Sudah butut yang kemarin. Atau hape saja?"
Saya : "Nggak mau. Mau novel. Tapi kalau hape 9500 communicator boleh juga." (Jiahhhh, madut) 

Oke, ini resensi ya? Kok isinya diari? Zzzz...

Rainwater. Bukan air hujan ya. Ini nama tokoh di buku ini yaitu David Rainwater. Saking hebatnya tokoh ini sampai dijadikan judul buku. Kenapa? Kita lihat.

Seperti yang sudah saya bilang, saya sudah baca hampir semua karya SB dan saya harus bilang yang ini paling paling paling beda. Saya ingatkan dulu kalau saya suka menjadi seorang spoilerer. Pertama, karya SB selalu happy ending. Kedua, karya SB mengambil setting masa sekarang. Tapi kedua unsur itu tidak ada di buku ini.

Cerita dimulai dengan prolog. Sepasang suami istri datang ke sebuah toko antik bernama Solly's. Mereka tertarik membeli jam saku kuno milik si pemilik toko. Tapi sayangnya jam itu tidak dijual dengan harga berapapun. Di jam saku itu terukir tanggal 11 Agustus 1934. Suami istri itu bertanya apa arti tanggal itu?

Dan kita akan diterbangkan ke masa lalu.

Ella Baron adalah  janda beranak satu yang mengelola pondok sewa. Dia punya anak aneh bernama Solly. Zaman dulu anak itu dianggap gila dan berbahaya karena istilah autis belum dikenal sama sekali. Ella berusaha melindungi anak itu mati-matian sekalipun ia juga suka kesal karena anak itu seakan tidak mengenal dirinya. Dan keanehan Solly itulah yang membuat Ella ditinggal suaminya tanpa penjelasan.

Hari itu, Ella kedatangan seorang tamu bernama Dr. Kincaid. Dia membawa saudaranya yang butuh tempat tinggal. Nama saudaranya itu adalah David Rainwater. Ella sih setuju saja karena dia punya kamar kosong. Tapi Dr. Kincaid memperingati Ella bahwa David Rainwater sedang menjemput ajal.

1934, zaman perekonomian susah atau disebut era Great Depression juga saat-saat di mana rasialisme sangat kental di antara orang kulit putih dan hitam. Saat itu ada kebijakan pemerintah yang sangat aneh, menurut saya. Peternak-peternak yang merasa sudah hampir bangkrut boleh menjual ternaknya pada pemerintah dengan harga murah, tapi pemerintah hanya akan mengambil ternak sehat saja. Yang tidak sehat atau kurus akan ditembak sampai mati. Sadis gila. Maksudnya itu kan makhluk hidup. Saya ngerti mungkin maksudnya supaya tidak perlu menambah pengeluaran untuk mengurus sapi sakit-sakitan dan nggak punya banyak daging. Tapi tetap saja. Iuhhhhh...

Banyak orang kelaparan dan mereka berusaha memburu sapi kurus itu agar bisa makan sekalipun sapi itu sudah mati ditembak dan siap dikubur. Mereka nggak peduli. Tapi Conrad Ellis, orang terkaya dan paling suka membuat onar itu nggak suka. Dia bersama antek-anteknya sengaja memukuli orang-orang miskin itu supaya nggak bisa ambil daging bangkai sapi itu. Alasannya karena pemerintah tidak mengizinkan. Padahal itu BS banget.

Kembali ke tokoh utama. Saya suka dengan karakter Ella yang bitter, kaku, dan suka rutinitas. Memang sifatnya nggak gitu bagus. Tapi dia manusia, senyata-nyatanya yang membangun dinding di sekitarnya karena takut tersakiti dan ingin mandiri. Dia membangun dinding itu untuk melindungi anaknya juga. Strong banget deh. Sementara David Rainwater adalah tipikal gentleman baik hati yang tidak peduli apapun karena umurnya sudah tidak panjang lagi. Davidlah yang menemukan kejeniusan Solly dalam memahami angka. Sesuatu yang tidak pernah diketahui Ella sendiri. Dan itu memberi Ella harapan, harapan kalau mungkin saja Solly bisa kembali normal.

Sifat David yang penuh kasih sayang inilah yang mampu meluluhkan hati keras seorang Ella. Mereka jatuh cinta di saat tidak ada waktu lagi. 

"Jangan meminta satu-satunya hal yang tidak bisa kuberikan padamu, Ella. Andai bisa, pasti kuberikan. Tapi satu-satunya yang tidak bisa kuberikan padamu adalah waktu."
 
Kebanyakan bagian menceritakan kejahatan dan juga kekacauan di kotanya akibat Conrad Ellis juga pemberontakan kaum yang tidak mendapat keadilan.

Di saat akhir, Conrad hampir memperkosa Ella karena dendamnya ditolak mentah-mentah waktu Ella muda dulu. David menyelamatkannya dan yang tak terduga adalah Solly yang saat itu juga ada di tempat kejadian membunuh Conrad. Dan tidak ada jalan lain. David mengorbankan diri agar Solly tidak dipenjara. Itulah terakhir kali Ella melihat David Rainwater.

David selalu menolak bertemu Ella di penjara karena ia tidak mau Ella melihatnya dalam keadaan tak berdaya seperti itu. Ia tidak mau Ella punya kenangan buruk. Biar saja.

David meninggal sebelum dieksekusi. Ia mewariskan seluruh kekayaan dan kebun kapasnya pada Ella.

David memberikan buku "A Farewell To Arms" pada Ella. "Itu hadiah untukmu, Ella."

"Apa akhir kisahnya sedih?"

"Sangat," kata David Rainwater. "Walaupun tahu akhir ceritanya sedih, itu tidak akan menghalangi keinginanku untuk menikmati keindahan ceritanya. Kau bagaimana?"

11 Agustus 1934... David meminta Dr. Kincaid mengukir tanggal itu pada jam sakunya, tanggal saat pertama kalinya David menginjakkan kaki di pemondokan Ella, pertama kalinya David bertemu dengan wanita itu.

Di epilog, suami istri di prolog memuji sosok David Rainwater itu. Mereka mengagumi orang masa lalu yang telah berkorban untuk si pemilik toko.

"Dia berkorban untuk Solly."

"Tapi... bukankah Anda...?" 

Lelaki tua pemilik toko itu menggeleng.

Sang istri membaca kartu nama yang tadi diberikannya. "Saya pikir... Nama toko Anda..."

"Itu untuk meenghormati kakak lelaki saya. Nama saya David. David Rainwater Barron."

"...Apakah Mr. Rainwater tahu tentang Anda?"

Laki-laki tua itu tersenyum. "Dr. Kincaid memberitahunya beberapa jam sebelum dia meninggal. Meski kondisinya sangat lemah, dia menulis sepucuk surat untuk ibu saya. Ibu selalu membawa-bawa surat itu. Dia tak pernah mau berpisah dari surat itu. Tak mau berpisah dari Mr. Rainwater."

Bittersweet and heartwrenching. Sandra Brown never failed me. Kekurangannya cuma di bagian tidak dikasih tahu penyakit David itu apa dan surat David untuk Ella itu isinya apa. Kan penasaran saya.

Dreamer just ate Cadburry Dairy Milk Chocolate, heaven in a little box...


:)

No comments:

Post a Comment