Monday 20 February 2012

If I Stay


Judul : If I Stay (If I Stay #1)
Penulis : Gayle Forman
Tebal : 200 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Pertama saya mau komentar soal cover-nya. Bagus banget sampai menggoda saya buat beli, padahal kalau dilihat dari sinopsis di belakang buku saya pikir saya nggak bakal suka sama buku ini.

Tapi gara-gara baca banyak review bagus soal buku ini, saya pikir coba deh. Siapa tahu beneran bagus.

Dan ternyata betul, lho. Saya suka banget buku ini.

Suatu pagi di musim dingin, Mia Hall harus menghadapi kenyataan kalau kedua orang tuanya dan adik laki-laki satu-satunya meninggal. Mereka berempat sedang tamasya keluarga bersama dan sialnya kecelakaan mobil harus merenggut orang-orang yang paling disayangi Mia.

Kebingungan, Mia dalam bentuk arwah menatap tubuhnya sendiri yang terluka parah. Mia asli yang koma memang tidak bisa apa-apa, tapi Mia arwah bisa menyaksikan semuanya. 

Selama satu hari penuh di rumah sakit itu, Mia arwah kembali berkelana mengingat masa lalunya dan pada akhirnya ia harus memilih... Haruskah ia tinggal atau pergi untuk selama-lamanya?

Menurut saya, cerita ini sangat unik. Memang idenya biasa saja, apalagi saya sempat tahu drama Korea berjudul 49 days yang konsepnya cukup mirip dengan ini : arwah pasien koma yang berkelana. Hanya saja saya harus memuji cara penulisan penulis yang rapi dan kata-katanya yang menyesakkan. Perpindahan antara kenangan masa lalu dan kejadian masa kininya begitu lancar sehingga saya bisa tenggelam masuk ke dalam ceritanya. 

Entah kenapa, saya iri pada Mia yang punya segalanya. Saya iri dengan kedua orang tuanya yang begitu pengertian dan dinamis (Saya tetap memilih orang tua saya sendiri, tentunya). Saya ingin sekali punya sahabat seperti Kim, setia dalam banyak hal kepada Mia. Saya juga ingin bisa seperti Mia, berbakat dalam bidang musik. Mia yang pandai bermain cello diterima di universitas musik terkenal, Juilliard. Selain itu, Mia punya pacar yang sangat baik bernama Adam.

Dengan kata lain, hidup Mia sangat sempurna sampai akhirnya kebahagiaan itu direnggut di hari bersalju itu.

Ada beberapa bagian yang membuat saya menangis parah. Salah satunya adalah bagian si Grandpa yang berkata pada Mia di saat koma :

"Tidak apa-apa,” katanya. “Kalau kau mau pergi. Semua orang ingin kau tinggal. Aku ingin kau tinggal lebih daripada apa pun yang kuinginkan di dunia ini.” Suaranya tersekat emosi. Dia berhenti, berdeham, menarik napas, dan melanjutkan. “Tapi itu kemauanku dan aku bisa mengerti mungkin itu bukan kemauanmu. Maka aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku mengerti jika kau pergi. Tidak apa-apa kalau kau harus meninggalkan kami. Tidak apa-apa jika kau ingin berhenti berjuang.” 

Nyessss, dah...

Lalu di bagian Kim meminta Mia untuk tinggal sekalipun dia tahu berapa besar kehilangan yang dialami Mia. Dan beberapa bagian yang menjelaskan adik Mia, Teddy juga bikin saya merinding. Teddy ini lebih muda jauh dari Mia. Dia sayang banget sama kakaknya itu. Dan di saat Mia sadar kalau adiknya benar-benar sudah pergi... sakit rasanya (*lebay) membaca sewaktu narasinya berkata bahwa dia tidak bisa lagi membacakan Harry Potter untuk adiknya itu, ia tidak akan lagi bisa melihat sikap hiperaktif adiknya yang lucu... Rasanya saya mengerti betapa besar kesedihan yang akan dihadapi Mia jika ia tinggal.

Jadi, pada akhirnya apa yang harus dipilih Mia arwah? Pergi atau tinggal?

Buku yang sangat bagus sekali, padahal tipis banget nih. Keren lah pokoknya. Top!

5/5

4 comments:

  1. aku juga baru selesai baca buku ini. Bagus bgt. Lanjut ke buku keduanya!

    ReplyDelete
  2. I LOVE THIS BOOK VERY MUCH!!!

    (maaf, sengaja capslock, emank suka banget sih, hehehe)

    ReplyDelete