Sunday 18 August 2013

The Witness


Judul : The Witness
Penulis : Nora Roberts
Tebal : 396 halaman
Penerbit Ebook : Putnam

Daughter of a controlling mother, Elizabeth finally let loose one night, drinking at a nightclub and allowing a strange man's seductive Russian accent lure her to a house on Lake Shore Drive. The events that followed changed her life forever. 

Twelve years later, the woman known as Abigail Lowery lives on the outskirts of a small town in the Ozarks. A freelance programmer, she designs sophisticated security systems--and supplements her own security with a fierce dog and an assortment of firearms. She keeps to herself, saying little, revealing nothing. But Abigail's reserve only intrigues police chief Brooks Gleason. Her logical mind, her secretive nature, and her unromantic viewpoints leave him fascinated but frustrated. He suspects that Abigail needs protection from something--and that her elaborate defenses hide a story that must be revealed.


Review:
Nora Roberts adalah salah satu penulis best-seller paling produktif. Karyanya bahkan sudah mencapai 200 buku. Penggemar setianya banyak dan novelnya selalu punya rating yang bagus. Sayangnya, setiap kali saya memilih membaca bukunya secara random, saya selalu mendapati cerita di dalam bukunya itu datar dan terlalu biasa. Yang saya suka sejauh ini cuma seri Macgregor dan itu juga tidak semuanya bagus. 

Awalnya, saya memutuskan membaca buku ini karena rekomendasi teman saya. Saya sempat ragu dan tidak percaya akan rekomendasi itu. Tapi entah dapat ilham dari mana, saya akhirnya baca juga. 

Dan kali ini saya tepat sasaran. 

Elizabeth Fitch sukses menjadi salah satu karakter favorit saya. Keunikannya benar-benar sangat menonjol. Dia adalah hasil "pembuahan sempurna" ibunya yang terlalu suka mengatur. Sepanjang hidupnya, Elizabeth selalu dikontrol dan disetir oleh ibunya. Mulai dari cara berpakaian, cita-cita, universitas yang harus dipilih, program musim panas, bahkan makanan. Ibu yang gila! 

Tapi di usianya yang ke-16, Elizabeth memutuskan untuk memberontak. Ia selalu suka komputer dan ingin bekerja di FBI. Ia tidak mau menjadi dokter bedah sukses seperti yang ibunya inginkan. Ia bertemu seorang teman baru yang bersedia membantunya dalam memilih baju trendy dan pergi ke klub malam. Ia pun mendesain kartu identitas palsu untuk dirinya sendiri dan temannya itu sehingga mereka bisa masuk ke dalam klub dewasa itu.

Namun ia tidak menyangka kejadian satu malam itu membuatnya menjadi saksi pembunuhan dan harus melarikan diri dari kejaran penjahat. Dia mengikuti program perlindungan saksi dan dijaga 24 jam oleh polisi di rumah. Di situlah Elizabeth mulai menemukan keluarga yang sebenarnya. Para polisi itu bersedia menjadi temannya dan memberi perhatian padanya. Bahkan mereka mengajarinya menembak dan ilmu bela diri agar Elizabeth bisa menjaga diri. Sementara itu, ibunya sendiri menyalahkan Elizabeth karena membuat masalah dan bisa menodai kesempurnaan catatan karakternya. Satu-satunya yang dipedulikan ibunya adalah jaminan agar Elizabeth bisa tetap masuk Harvard. Yeah, right. 

Sampai pengkhianat dalam kepolisian menghancurkan semuanya. Elizabeth harus lari dan menyelamatkan dirinya sendiri. Dan selama 12 tahun selanjutnya, ia hidup sendirian dalam ketakutan.

12 tahun kemudian, dia adalah Abigail Lowry. Ia berusaha hidup tenang di suatu daerah sepi dan terpencil di mana tidak ada seorang pun yang mengenalinya. Tapi Brooks, polisi lokal daerah itu, penasaran akan sosoknya dan terus mengganggunya. 

Saya terharu dengan kejujuran Elizabeth. Ia selalu mengatakan segala hal yang ada dalam hatinya. Kalimat-kalimat yang dikatakannya begitu polos, lucu, sekaligus aneh. Saya benar-benar tidak tahan saat dia bilang kalau ibunya melarang ini-itu, mengucapkan terima kasih setiap kali diberi perhatian, merasa sangat senang akan sebuah hadiah sederhana... Bahkan sifatnya yang kikuk karena tidak pernah bergaul membuat saya menangis. Ia selalu mencoba menyenangkan orang lain. Hebatnya, ia selalu melakukan riset di internet cara melakukan interaksi yang normal dengan orang lain. Apa yang harus ia lakukan saat diundang ke pesta BBQ, apa yang dilakukan remaja di dalam klub malam, bagaimana cara berdansa, bagaimana cara berbasa-basi, bagaimana cara bersikap sopan dan mengobrol dengan orang asing... Ia sama sekali tidak sadar betapa kesepian dan sedih hidupnya. Ia selalu menjalani semuanya dengan otak pintarnya dan sikapnya yang realistis. Such a strong and tough survivor.

Brooks adalah lawan yang tepat untuk Elizabeth. Ia sangat pengertian dan sabar menghadapi kesulitan Elizabeth dalam membuka hati. Sepanjang hidupnya, Elizabeth selalu menganggap dirinya adalah kopian ibunya yang tidak bisa merasakan emosi dan mencintai orang lain. Dan Brooks mau memahami itu.

Oh, satu hal lagi yang bikin saya terkagum-kagum pada Elizabeth... Dia super kaya. Dengan kemampuan jeniusnya, ia mendesain sistem keamanan perusahaan dan membangun perusahaannya sendiri. Sewaktu Brooks tahu, ia sampai tidak percaya kalau dia punya pacar kaya. Hahaha... Agak kebanting deh. 

Endingnya kurang panjang, tapi tetap memuaskan. Saya suka ide Elizabeth untuk menghancurkan perusahaan mafia yang telah merusak hidupnya itu. Keren banget, lah. Mantaph!

4/5

No comments:

Post a Comment