Friday 26 December 2014

The Miraculous Journey of Edward Tulane


Judul : The Miraculous Journey of Edward Tulane
Penulis : Kate DiCamillo
Tebal : 188 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Dahulu kala, di rumah di Egypt Street, tinggallah kelinci porselen bernama Edward Tulane. Kelinci itu sangat bangga pada dirinya sendiri, dan memang beralasan: ia dimiliki anak perempuan bernama Abilene, yang memperlakukannya dengan penuh kasih dan amat sangat menyayanginya.

Lalu, suatu hari, ia hilang.

Maka dimulailah perjalanan luar biasa Edward Tulane: dari dasar laut ke jala nelayan, dari puncak gunung sampah ke dekat api unggun gelandangan, dari tempat tidur anak yang sakit keras ke jalan-jalan kota Memphis. Dan selama perjalanannya itu, ia jadi tahu---bahwa hati yang paling rapuh sekalipun dapat belajar menyayangi, kehilangan, dan menyayangi lagi.


Review:
Teganya... teganya... Saya tidak menyangka buku anak-anak setipis ini bisa bikin saya mewek. Apalagi saya pelihara kelinci di rumah. Makin kejam saja rasanya buku ini. Huaaaa....

Sebenarnya saya baru tahu buku ini dari drama Korea yang terkenal itu: My Love from Another Star. Saya iseng saja coba baca. Kan tipis nih, bisa mengejar buat target baca tahun ini. Saya menyelesaikannya dalam dua jam saja.

Ceritanya sangat sederhana. Tokoh utamanya adalah sebuah boneka kelinci porselen yang sombong dan berhati dingin bernama Edward Tulane. Ia bangga karena disayang oleh seorang anak perempuan baik hati bernama Abilene. Tiap hari Edward dipakaikan baju yang berbeda-beda dengan jam saku antik di saku jaketnya. Walaupun dia disayang, Edward tidak menyayangi keluarga pemiliknya sama sekali. Menurutnya, sudah sepatutnya ia mendapatkan kesayangan itu.

Suatu kejadian di atas kapal membuat Edward terlempar jatuh tenggelam di bawah laut. Ratusan hari berlalu dan ia tetap terkubur di sana. Untuk pertama kalinya ia merasa takut. Sampai akhirnya, guncangan ombak menaikkannya ke permukaan. Dan ia diselamatkan oleh seorang nelayan tua yang miskin.

Sebagai boneka yang tidak bisa bicara, Edward hanya bisa pasrah. Ia berpindah tangan berkali-kali dan berganti nama serta gender berkali-kali pula. Ia merasakan kasih sayang, kebencian, rasa terbuang, dan kehilangan yang membuatnya belajar arti sebuah hati. Ia merindukan hidupnya yang lama juga orang-orang yang pernah memiliki dan menyayanginya. Ia juga membenci dirinya sendiri yang tidak bisa menolong majikan-majikannya yang tak berdaya. 


"Aku pernah disayang."

Pengalamannya itu membuat Edward menangis pilu dalam hati dan berusaha menutup hatinya agar tidak menyayangi lagi. Terlalu menyakitkan baginya. Tapi kehidupan terus berjalan bagi sebuah boneka. Ia harus belajar membuka diri dan menyayangi sepenuhnya. Dan endingnya... benar-benar mengharukan. Edward akhirnya berhasil pulang setelah bertahun-tahun lamanya. 


Luar biasa. Buku ini langsung jadi buku favorit saya. Apalagi saya sempat membandingkan cerita ini dengan drama Korea itu dan saya pun mengerti kesamaannya. Jadi makin suka sama cerita si Edward Tulane ini. 

Sangat recommended buat penggemar cerita anak-anak. 

5/5

No comments:

Post a Comment