Sunday 18 October 2015

Panic


Judul : Panic
Penulis : Lauren Oliver
Tebal : 343 halaman
Penerbit : Hodder& Stoughton Ltd

Panic began as so many things do in Carp, a poor town of twelve thousand people in the middle of nowhere: because it was summer, and there was nothing else to do.

Heather never thought she would compete in panic, a legendary game played by graduating seniors, where the stakes are high and the payoff is even higher. She'd never thought of herself as fearless, the kind of person who would fight to stand out. But when she finds something, and someone, to fight for, she will discover that she is braver than she ever thought.

Dodge has never been afraid of panic. His secret will fuel him, and get him all the way through the game; he's sure of it. But what he doesn't know is that he's not the only one with a secret. Everyone has something to play for.

For Heather and Dodge, the game will bring new alliances, unexpected revelations, and the possibility of first love for each of them-and the knowledge that sometimes the very things we fear are those we need the most.


Review:
Yang saya sukai dari Lauren Oliver adalah gaya penulisannya yang puitis dan enak dibaca. Dia bisa merangkai kalimat-kalimat yang mengena dan membuat saya merenung. Sayangnya, keahlian khas penulis itu tidak bisa membuat saya tertarik pada cerita di buku ini. 

Panic adalah sebuah permainan berbahaya yang diciptakan oleh orang-orang di Kota Carp. Tidak ada yang tahu siapa yang memulainya. Pengatur permainan juga dipilih secara acak dan rahasia setiap tahunnya. Hadiahnya berupa uang yang jumlahnya sangat besar dan dikumpulkan dari pajak yang dibayarkan oleh setiap murid di kota itu.

Heather baru lulus SMA dan dia secara impulsif mendaftar sebagai peserta Panic setelah menemukan pacarnya berselingkuh darinya. Ia membutuhkan hadiah Panic untuk keluar dari Kota Carp yang membosankan, membawa adiknya pergi ke kota besar untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Ia tidak ingin terjebak bersama ibunya yang sinting dan senang berhura-hura. Hanya saja ia terus-menerus diteror untuk berhenti melakukan permainan itu. Padahal ia bukanlah orang yang diidolakan bakal menang.

Dodge punya dendam yang harus dibalas. Panic merupakan sarananya untuk membalas dendam pada pelaku yang telah membuat adik perempuannya cacat seumur hidup. 

Panic sangat berbahaya. Selalu ada korban yang meninggal setiap tahunnya. Polisi mencoba menyelidiki siapa yang berada di balik Panic dengan menanyakannya pada orang-orang yang mencurigakan. Tapi, tidak ada yang berani bicara.

Mungkin kesan buku ini awalnya akan seperti The Hunger Games. Peserta melakukan hal-hal berbahaya dan menantang kematian. Yang gagal akan dieliminasi dan yang berhasil akan terus maju ke babak selanjutnya. Pengatur permainan dan juri yang tidak diketahui identitasnya akan mengamati setiap peserta di antara para penonton. Mereka juga yang nantinya memberikan pesan berkode pada setiap peserta dan penonton tentang lokasi dan jenis permainan selanjutnya. 

Tapi, bukan itu inti buku ini. Panic lebih menonjolkan dua karakter utamanya yang sedang berjuang mengatasi masalah remaja mereka. Growing up di tengah kemarahan dan kekecewaan di dalam diri mereka masing-masing. Heather harus menghadapi kekesalan karena hidupnya yang miskin, rumahnya yang tak terurus, dan ibunya yang tidak bertanggung jawab. Dodge juga masih berjuang memaafkan orang yang merusak adiknya dan keadaan keluarganya yang tidak harmonis. Ada dua karakter lain yang cukup penting: Nat dan Bishop yang adalah sahabat Heather. Persahabatan mereka sangat biasa dan realistis, seperti persahabatan pada umumnya. Ada kecemburuan kecil dan juga tidak sempurna. 

Saya menghargai apa yang berusaha disampaikan oleh penulis di buku ini. Penulis sepertinya ingin menggambarkan psikologi remaja yang dihadapkan dengan banyak masalah. Permainan Panic sendiri hanyalah latar belakang yang cukup bermain peran dalam pertumbuhan karakter kedua tokoh utamanya. Saya suka dengan ide dan ceritanya, tapi entah kenapa saya tidak bisa connect dengan karakternya. Saya sulit sekali masuk ke dalam kepala Heather ataupun Dodge. Mungkin karena sudut pandangnya terus berganti-ganti? Saya juga tidak tahu pasti. Yang jelas saya tidak bisa bersimpati penuh pada karakternya. Tapi saya lumayan suka dengan Heather karena dia benar-benar berubah banyak sepanjang buku ini.

Endingnya cukup mengejutkan. Saya suka bagian babak final Panic yang dimenangkan dengan cara tak terduga. 

3/5

No comments:

Post a Comment