Friday 18 December 2015

Dreams of Gods and Monsters


Judul: Dreams of Gods and Monsters (Daughter of Smoke and Bone#3)
Penulis: Laini Taylor
Tebal: 624 halaman
Penerbit : Hodder & Stoughton

When Jael's brutal seraph army trespasses into the human world, the unthinkable becomes essential, and Karou and Akiva must ally their enemy armies against the threat. It is a twisted version of their long-ago dream, and they begin to hope that it might forge a way forward for their people.

And, perhaps, for themselves. Toward a new way of living, and maybe even love.

But there are bigger threats than Jael in the offing. A vicious queen is hunting Akiva, and, in the skies of Eretz ... something is happening. Massive stains are spreading like bruises from horizon to horizon; the great winged stormhunters are gathering as if summoned, ceaselessly circling, and a deep sense of wrong pervades the world.

What power can bruise the sky?

From the streets of Rome to the caves of the Kirin and beyond, humans, chimaera and seraphim will fight, strive, love, and die in an epic theater that transcends good and evil, right and wrong, friend and enemy. At the very barriers of space and time, what do gods and monsters dream of ? And does anything else matter?


Review:
Di akhir buku kedua, Jael sang serafim pengkhianat merencanakan penyerangan ke dunia manusia lewat langit Eretz yang rusak. Mengetahui hal itu, Karou langsung mencari cara agar bisa mencegah kehancuran rumah keduanya itu. Ia memiliki keuntungan dengan keberadaan Thiago di sampingnya. Thiago yang kini bukanlah Thiago si serigala, tapi Ziri saudaranya.  

Memiliki musuh yang sama membuat kaum Chimera dan Serafim bersatu. Dengan perantara Akiva, Karou, Thiago, dan Liraz, untuk pertama kalinya Chimera dan Serafim berdiri berdampingan. Tentu saja persatuan itu bukannya tanpa permusuhan. Sedikit percikan api mampu membuat segalanya rusak, namun untuk saat ini gencatan senjata dibutuhkan agar mereka bisa bekerja sama mengalahkan pasukan Jael.

Di sisi lain, Eliza bangun dengan mimpi buruknya seperti biasa. Dunianya normal-normal saja sampai ia melihat malaikat turun dari langit di siaran berita televisi. Seluruh manusia di bumi terkaget-kaget melihat pasukan serafim Jael muncul tiba-tiba dan memberikan peringatan akan kedatangan monster. Jael dengan bantuan Razgut sebagai penerjemah meminta kerja sama manusia untuk menyerahkan senjata. Kejadian itu membuat Eliza ketakutan. Masa lalu yang berusaha disembunyikannya kemungkinan akan terkuak. 

Di antara kekacauan dan perang, sihir di Eretz pun terganggu. Kaum Stelian terpaksa keluar dari Far Isles untuk mencari penyebabnya. Mereka harus membunuh seseorang berkekuatan sihir yang berani merusak keseimbangan dunia mereka. Dan orang itu adalah Akiva.

Akhirnya saya sampai ke penghujung akhir dari seri Daughter of Smoke and Bone. Buku ketiga ini menutup segala petualangan Karou dan Akiva. Perjalanan mereka dimulai puluhan tahun sebelumnya saat mereka masih muda, bertemu, dan jatuh cinta secara naif. Mereka berani bermimpi akan dunia yang lebih baik, memimpikan perdamaian antara kaum Chimera dan Serafim. Tapi mereka harus membayar mahal atas mimpi itu. Dipisahkan oleh maut, salah paham, kepahitan, persembunyian, dendam, kebencian, dan perang. Semua itu membuat saya menginginkan akhir yang bahagia untuk mereka berdua. Betapa kejamnya nasib mempermainkan mereka yang tulus dan tidak memiliki hati jahat. Mereka hanya ingin bersama, menghabiskan sisa hidup dalam kedamaian. 

Saya tidak akan berkomentar banyak tentang isi buku ini yang sebenarnya cukup rumit untuk dijelaskan. Ada banyak tokoh dan juga ada sejarah rumit mengenai asal keberadaan kaum Chimera serta Serafim. Walaupun bagian itu menarik, entah kenapa saya kurang sreg. Agak maksa dan terburu-buru penjelasannya. Apalagi adegan klimaksnya yang Deus ex Machina. Saya jadi kecewa karena cerita luar biasa ini harus berakhir melempem di sepertiga bagian terakhir. Kaum Stelian juga tidak membuat saya penasaran karena mereka hanya muncul di buku ini saja. Tiba-tiba pula. Bahkan tokoh Eliza yang menarik perhatian di awal buku malah semakin membuat kisah di buku ini jadi tidak fokus. Memang sih, saya agak suka bagian penjelasan hubungan masa lalu Razgut dengan tokoh Eliza ini.

Dari segi romance, adegannya sangat sedikit tapi sangat menyentuh. Akiva-Karou dan Ziri-Liras membuat saya sedih hanya dengan membaca dialog di antara mereka. Kisah hidup mereka yang penuh kekejaman, kematian, dan tragedi sangat berpengaruh dalam pandangan mereka melihat dunia. Dan saya suka. Adegan romance-nya tidak banyak, tapi kesannya mendalam banget. Cenderung gelap dan bikin depresi. Hanya Zusanna dan Mik yang mampu sedikit mencerahkan suasana kelam buku ini dengan humor dan sikap bebas mereka.

Secara keseluruhan, saya tidak bisa bilang buku ini sesuai dengan ekspektasi saya yang sudah sangat tinggi akibat dua buku pendahulunya. Tapi seri Daughter of Smoke and Bone menyentuh sisi idealis saya yang mencintai harmoni dan perdamaian. Impian Karou dan Akiva, perjuangan mereka yang penuh duri membuat saya menangis. Buku ini benar-benar punya arti yang personal buat saya. Pada awalnya saya tidak terlalu berharap apa-apa dari ceritanya, tapi ternyata seri ini benar-benar mengejutkan. Chimera, Serafim, gigi, tulang,dan  resurrection adalah kombinasi yang aneh. Namun kombinasi inilah yang membuat saya terkagum-kagum pada Laini Taylor. Siapa yang bisa menyangka kombinasi unik ini bisa menghasilkan kisah spektakular yang sangat memorable? Mungkin ini subjektif, tapi saya suka banget konsep dan latar belakang fantasi yang dibangun Laini Taylor ini. Belum lagi bahasa ala dongengnya yang indah.

Selesai sudah. Entah kenapa saya malah sedih. Bittersweet. Semua kehilangan yang dialami Karou dan Akiva benar-benar menghantui saya. Apalagi kalau saya ingat buku keduanya. Damn. Ending kisah ini memang bahagia dan penuh harapan. Tapi tetap saja bikin saya mau nangis lagi.

Seri Daughter of Smoke and Bone:
3. Dreams of Gods and Monsters

4/5

No comments:

Post a Comment