Friday 3 June 2016

The Golden Lily


Judul : The Golden Lily (Bloodlines #2)
Penulis : Richelle Mead
Tebal : 418 halaman
Penerbit : Razorbill

Sydney Sage is an Alchemist, one of a group of humans who dabble in magic and serve to bridge the worlds of humans and vampires. Alchemists protect vampire secrets - and human lives.

Sydney would love to go to college, but instead, she's been sent into hiding at a posh boarding school in Palm Springs, California - tasked with protecting Moroi princess Jill Dragomir from assassins who want to throw the Moroi court into civil war. Formorly in disgrace, Sydney is now praised for her loyalty and obedience, and held up as the model of an exemplary Alchemist.

But the closer she grows to Jill, Eddie, and especially Adrian, the more she finds herself questioning her age-old Alchemist beliefs, her idea of family, and her sense of what it means to truly belong. Her world becomes even more complicated when magical experiments show Sydney may hold the key to prevent becoming Strigoi - the fiercest vampires, the ones who don't die. But it's her fear of being just that - special, magical, powerful - that scares her more than anything. Equally daunting is her new romance with Braydon, a cute, brainy guy who seems to be her match in every way. Yet, as perfect as he seems, Sydney finds herself being drawn to someone else - someone forbidden to her.

When a shocking secret threatens to tear the vampire world apart, Sydney's loyalties are suddenly tested more than ever before. She wonders how she's supposed to strike a balance between the principles and dogmas she's been taught, and what her instincts are now telling her.
Should she trust the Alchemists - or her heart?


Review:
Jujur, saya tidak begitu suka cerita di buku ini. Entah kenapa ide tentang versi jahat dan primitif dari Alchemist kurang pas ya. Selain itu, saya sudah bisa menebak alasan Trey bersikap aneh di awal. Jadi, saya tidak kaget kalau ternyata dia termasuk anggota klub Warrior itu.

Seperti biasa, cerita dibuka dengan adegan-adegan santai sehari-hari di sekolah. Inilah kelebihan Richelle Mead. Dia bisa membuat cerita fantasi remaja yang terkesan nyata seakan tokohnya orang biasa. Mulai dari tugas sekolah, kencan, gosip, urusan keluarga, dll. Tapi tentu saja dilengkapi dengan  misteri serta rahasia.

Sydney masih tetap menjalani hari-harinya di Akademi Amberwood sebagai Alchemist yang melindungi Jill Dragomir. Dia sudah mulai merasa kelompok anehnya itu sebagai teman, padahal seharusnya dia jijik pada komunitas vampir. Dia masih mengikuti pelajaran ekstra tentang sihir dari guru sejarahnya sekalipun ia membenci sihir. 

Di samping itu, ada Adrian yang masih suka usil dan charming seperti biasa. Dia suka mengganggu dan meminta bantuan dari Sydney. Yang jelas mereka berteman baik. Dan menurut saya, Adrian selalu saja bisa mencuri perhatian. Semua adegan yang ada dia-nya selalu menarik. Dialog dan kalimat yang keluar dari mulutnya suka bikin ngakak. Pokoknya saya suka Adrian dari dulu. Titik.

Sydney juga lucu dan keren. Saya suka sifat nerd dan geek-nya. Mungkin ini subjektif. Bagi saya, sosok Sydney itu seperti pencapaian yang tak tergapai. Hahaha... Apalah bahasanya itu. Saya pengen banget bisa jadi orang pintar, keren, dan kompeten seperti dia. Tapi yah... kenyataannya saya mah biasa saja. Saya beneran kagum sih sama tokoh satu ini. Soalnya saya paling nggak bisa mengurus kerjaan sebanyak itu dan masih tetap sane. Sekolah, menghadapi atasan Alchemist, menyelidiki kasus, mengurus drama remaja Jill serta kelompoknya, mengurus Adrian... Kapan santainya? 

Dan endingnya.... Astaga. Adrian. Swoon. Tapi kasihan sekali kau. Sial amat ya ditolak. Untung saja, Sydney punya alasan kuat dan bukannya nggak jelas model Rose.

Buku tigaaaa.... Graoooo!

4/5

No comments:

Post a Comment