Tuesday 27 December 2016

Me and Earl and The Dying Girl


Judul : Me and Earl and The Dying Girl
Penulis : Jesse Andrews
Tebal : 304 halaman
Penerbit : Harry N. Abrams

Up until senior year, Greg has maintained total social invisibility. He only has one friend, Earl, and together they spend their time—when not playing video games and avoiding Earl’s terrifying brothers— making movies, their own versions of Coppola and Herzog cult classics. Greg would be the first one to tell you his movies are terrible, but he and Earl don’t make them for other people. Until Rachel.

Rachel has leukemia, and Greg’s mom gets the genius idea that Greg should befriend her. Against his better judgment and despite his extreme awkwardness, he does. When Rachel decides to stop treatment, Greg and Earl must abandon invisibility and make a stand. It’s a hilarious, outrageous, and truthful look at death and high school by a prodigiously talented debut author.


Review:
Inilah jenis buku yang menarik perhatian karena judulnya. Cover-nya juga sih. Pokoknya judulnya lumayan bikin penasaran dan ada yang bilang kalau buku ini mirip dengan The Fault in Our Stars-nya John Green. Kebetulan ada tokoh cewek yang juga mengidap kanker.

Tentu saja ceritanya beda. Di sini tokoh utamanya bernama Greg dan dia bercita-cita jadi sutradara. Dia punya sahabat yang juga sama konyolnya bernama Earl. Seperti buku-buku John Green, tokoh cowoknya tipe geek dan tidak populer. Selain itu, ada Rachel, si cewek pengidap kanker yang dari dulu suka sama si Greg.

Jujur, tipe cerita remaja begini bukanlah tipe saya. Bagaimana ya menjelaskannya? Seperti cerita-cerita yang dibikin John Green, buku ini juga sangak acak. Isinya melompat ke sana kemari tanpa ada tujuan, layaknya kehidupan sehari-hari yang memang tidak ada polanya. Humornya lucu, tapi ceritanya tidak fokus. Setidaknya The Fault in Our Stars jelas isinya: tentang pengidap kanker yang saling jatuh cinta. Sementara buku ini... Normal. Maksud saya, orang-orang di dunia nyata tidak akan selebay The Fault in Our Stars dalam menghadapi kanker dan cinta yang hilang. Buku ini juga sama. Rachel memang divonis mati, tapi Greg dan Earl biasa saja. Sedih, berusaha menghibur dengan film-film konyol  dan memalukan buatan mereka, tapi layaknya seperti teman yang normal. Tidak ada filosofi ataupun kalimat mendayu-dayu yang menggambarkan kehilangan. It's just life. Dan menurut saya di situlah letak masalah buku ini. Isinya sih oke. Narasi Greg membuat kehidupan sehari-harinya jadi terkesan lucu dan menarik untuk dibaca. Tapi, terlalu datar. Yang saya cari di novel adalah drama: lebay, penuh emosi, dan membuat saya merasakan lebih. Saya tidak perlu membaca kehidupan normal yang membosankan. Toh, saya menjalaninya tiap hari.

Jadi, buku ini tidak memberikan apa-apa pada saya. Terlalu random. Paling menarik hanyalah bagian awal saat Greg dengan gayanya yang aneh menceritakan masa lalunya dan Rachel. Itu lucu banget, haha... Saya juga lumayan suka dengan karakter Earl.

2/5

1 comment:

  1. Ulasan yang keren.

    Jangan lupa mampir ya kak: http://muhammadsolihin.zz.mu

    ReplyDelete