Sunday 10 December 2017

Crooked Kingdom


Judul : Crooked Kingdom (Six of Crows #2)
Penulis : Leigh Bardugo
Tebal : 546 halaman
Penerbit : Hodder and Stoughton

Kaz Brekker and his crew have just pulled off a heist so daring even they didn’t think they’d survive. But instead of divvying up a fat reward, they’re right back to fighting for their lives. Double-crossed and left crippled by the kidnapping of a valuable team member, the crew is low on resources, allies, and hope. As powerful forces from around the world descend on Ketterdam to root out the secrets of the dangerous drug known as jurda parem, old rivals and new enemies emerge to challenge Kaz’s cunning and test the team’s fragile loyalties. A war will be waged on the city’s dark and twisting streets―a battle for revenge and redemption that will decide the fate of the Grisha world.


Review:
Warning: Spoiler!

Saya penasaran sama isi kepalanya si Leigh Bardugo. Sumpah, dia pasti super jenius kayak si Kaz Brekker. Bahkan mungkin lebih. Kalau tokoh utamanya saja sudah sepintar itu, penulisnya pasti lebih pintar lagi. 


Six of Crows memukau saya dengan aksi petualangannya yang unik, latar belakang karakternya yang variatif dan menyenangkan, kejutan yang tak terduga, dan dunianya yang sangat nyata. Nah, kalau Crooked Kingdom sama dengan Six of Crows dikalikan faktor kekerenan sebanyak tak terhingga.

Ya, saya lebay. Tapi saya tidak punya kata-kata untuk menggambarkan betapa kerennya buku ini. 

Di akhir buku pertama, Inej ditangkap oleh Van Eck yang berkhianat pada Kaz. Hal itu membuat Kaz mulai menyadari seberapa penting Inej baginya. Dia pun menyusun rencana epik untuk membebaskan Inej. 

Sementara itu, apa yang direncanakan Van Eck merupakan kecurangan yang akan merugikan banyak pihak. Walaupun Kaz dan grupnya bukanlah orang baik, tapi mereka merasa perlu menghentikan Van Eck. Sekalian balas dendam dan memberi pelajaran pada pengusaha licik itu. Apalagi Van Eck kini bekerja sama dengan Pekka Rollins, ketua mafia yang dulu pernah menyebabkan kakak Kaz mati. 

Enam orang buronan yang difitnah dan ditargetkan oleh kaum pengusaha Ketterdam dan juga geng-geng kasar kota itu. Kaz harus berperang dengan mereka hanya dengan menggunakan fasilitas yang terbatas dan otaknya saja. 

Di buku sebelumnya, cerita dituturkan dari lima sudut pandang saja. Di buku ini Wylan Van Eck akhirnya mendapatkan bagian. Dan saya jadi tambah suka sama tokoh satu itu. Kasihan juga nasibnya. 

Saya tidak tahu lagi mau komentar apa. Jujur saja, saya tidak pernah membaca buku setebal ini dalam waktu yang sangat singkat. Saya sama sekali tidak berhenti membaca. Pokoknya saya keblinger karena terbawa tegang, kesal, gemas, dan kesenangan sendiri. Saya terus-menerus dibuat terpukau oleh kehebatan rencana Kaz. Saya sama sekali tidak bisa menebaknya. 

Di buku ini pasangan Inej dan Kaz sangatlah ditonjolkan. Saya suka interaksi mereka yang sangat kuat chemistry-nya dan juga bikin frustrasi karena banyak hambatan psikologis dari sisi Kaz. Tapi hal-hal kecil yang dilakukan Kaz bikin saya sangat yakin kalau mereka memang cocok. Hadiah yang diberikan Kaz untuk Inej di akhir benar-benar bikin saya terharu. Luar biasa.

Saya juga jadi suka sekali dengan Inej. Sebelumnya saya hanya menganggap dia keren saja. Tapi di sini saya bisa melihat seberapa wise dan tenang tokoh yang satu ini. Inej bukannya orang yang tidak punya luka. Tapi semua tragedi di hidupnya membuat dirinya semakin kuat dan bijaksana jauh di atar usianya. Saya paling suka konsep "tidak ada kata maaf di dalam kamus bangsa Inej". Hanya ada frase "aksi ini tidak akan memiliki gemanya" (the action will have no echo). Keren!!!

Hubungan Jesper dan Wylan juga lucu sekali. Masing-masing karakter punya masalahnya sendiri-sendiri dan mereka harus bisa mengatasi semua itu. Terus masih ada adegan kesalahpahaman dengan Kuwei yang bikin saya ngakak. Ternyata si Kuwei diam-diam bajingan juga.

Dan yang bikin saya teriak-teriak adalah kemunculan tokoh-tokoh dari seri The Grisha, terutama Nikolai yang pintar ngomong itu. Saya suka sekali sama tokoh itu sejak pertama kali dia muncul di buku kedua The Grisha: Siege and Storm. Ya, ampun. Leigh Bardugo bikin saya jadi pembaca yang menggila.

Mungkin satu-satunya ganjalan yang ada di hati saya adalah kematian salah satu tokohnya. Memang, saya bukan penggemar perfect ending. Tapi karena saya sudah kepalang jatuh cinta sama semua tokoh utama di buku ini, saya mau mereka mendapatkan happy ending. Yah, tapi saya mengerti maksud dari kematian itu. Pasti bakal ada cerita lain lagi dari penulis tentang dunia The Grisha ini. Masalah-masalahnya masih belum beres.

Sumpah, ini buku terkeren yang saya baca di tahun 2017. Saya sampai bela-belain beli edisi hardcover-nya demi koleksi. Pokoknya apa pun yang Leigh Bardugo tulis bakal saya beli. Apalagi kalau soal dunia The Grisha. Saya sudah merasa terlalu familiar sama dunianya dan bahkan kangen ingin masuk lagi ke sana.

Seri Six of Crows:
2. Crooked Kingdom

5/5

No comments:

Post a Comment